, - Ada yang khas dan menjadi lebih populer di Jepara. Horok-horok, makanan khas kota yang terkenal dengan ukiran kayu jatinya ini semakin mudah ditemui. "Biasanya jadi makanan pembuka atau takjil sebagai teman minum teh manis," kata Zunifah, penggemar horok-horok yang juga warga Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara. Selain di Jepara, horok-horok banyak dijual di pasar tradisional di Kudus, Pati, dan Demak.
Horok-horok memang makanan favorit masyarakat Jepara. Ia juga sangat dikangeni oleh mereka yang lama meninggalkan Jepara dan menetap di perantauan. "Jika pulang kampung, saya selalu mencari horok-horok," kata Malikhah, warga Margoyoso, Kaliyamatan, Kabupaten Jepara, yang lama menetap di Salatiga, Jumat lalu.
Bahan pokok horok-horok adalah tepung yang terbuat dari pohon aren. Metode mengambilnya menggunakan sisir rambut. Bentuknya seperti busa styrofoam yang kenyal dengan rasa sedikit asin. Untuk memperoleh pohon aren, para perajin asal Jepara sampai berburu ke luar daerah, seperti ke Rembang, Pati, dan Blora. Tepung aren ini, setelah dibersihkan, kemudian dikukus hingga matang. Setelah didinginkan, jadilah horok-horok dengan tekstur kenyal.
Untuk penyajiannya, dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. "Makan horok-horok sama dengan makan nasi karena kandungan karbohidratnya tinggi," kata Zunifah. "Rasanya seperti makan sagu, tapi di Jepara bukan makanan pokok," ujar Hardi, peminat yang lain.
Horok-horok banyak disajikan di sejumlah warung makan dan digemari para pekerja asing yang di tinggal di Jepara. Para pelancong yang datang ke Jepara juga menyukai makanan ini. Horok-horok dapat dimakan dengan kuah soto, bakso, gulai, dan sayur pecel. "Dapat juga dimakan dengan diberi santan dan sedikit gula pasir. Kayak bubur," ujar Hardi.
Tepung aren ini banyak diproduksi di Kecamatan Kedung, Jepara. Untuk mendatangkan batang aren, para perajin sampai berburu ke luar daerah dengan diangkut mobil truk. Tepung aren didapatkan melalui proses penggilingan. "Setelah tepung basah diperoleh, kemudian dijemur agar kering. Cara membuat horok-horok tinggal dikukus," kata Sudar, perajin tepung aren.
Horok-horok memang makanan favorit masyarakat Jepara. Ia juga sangat dikangeni oleh mereka yang lama meninggalkan Jepara dan menetap di perantauan. "Jika pulang kampung, saya selalu mencari horok-horok," kata Malikhah, warga Margoyoso, Kaliyamatan, Kabupaten Jepara, yang lama menetap di Salatiga, Jumat lalu.
Bahan pokok horok-horok adalah tepung yang terbuat dari pohon aren. Metode mengambilnya menggunakan sisir rambut. Bentuknya seperti busa styrofoam yang kenyal dengan rasa sedikit asin. Untuk memperoleh pohon aren, para perajin asal Jepara sampai berburu ke luar daerah, seperti ke Rembang, Pati, dan Blora. Tepung aren ini, setelah dibersihkan, kemudian dikukus hingga matang. Setelah didinginkan, jadilah horok-horok dengan tekstur kenyal.
Untuk penyajiannya, dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. "Makan horok-horok sama dengan makan nasi karena kandungan karbohidratnya tinggi," kata Zunifah. "Rasanya seperti makan sagu, tapi di Jepara bukan makanan pokok," ujar Hardi, peminat yang lain.
Horok-horok banyak disajikan di sejumlah warung makan dan digemari para pekerja asing yang di tinggal di Jepara. Para pelancong yang datang ke Jepara juga menyukai makanan ini. Horok-horok dapat dimakan dengan kuah soto, bakso, gulai, dan sayur pecel. "Dapat juga dimakan dengan diberi santan dan sedikit gula pasir. Kayak bubur," ujar Hardi.
Tepung aren ini banyak diproduksi di Kecamatan Kedung, Jepara. Untuk mendatangkan batang aren, para perajin sampai berburu ke luar daerah dengan diangkut mobil truk. Tepung aren didapatkan melalui proses penggilingan. "Setelah tepung basah diperoleh, kemudian dijemur agar kering. Cara membuat horok-horok tinggal dikukus," kata Sudar, perajin tepung aren.
makanan ini faforitku ku banget hahahaha karena enak di santap dengan bakso pecel d.l.l untuk menggantikan nasi kadang juga untuk dimakan langsung
nih foto nya hahahaha :
okebloog.blogspot.com
okebloog.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar